dan meningkatkan penyembuhan luka ketika digunakan untuk dressing luka di ulkus kaki diabetik kronik.
Ada beberapa tips yang dapat dipakai saat merawat luka dengan terapi madu (Molan, 2001) :
- Gunakan jumlah madu sesuai dengan jumlah cairan atau eksudat yang keluar dari luka.
- Frekuensi penggantian balutan tergantung pada cepatnya madu terlarut dengan eksudat luka.Jika tidak ada cairan luka, balutan dapat diganti dua kali seminggu supaya komponen antibakteri yang terkandung di dalam madu dapat terserap ke dalam jaringan luka.
- Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, gunakan second dressing yang bersifat absorbent. Jika madu digunakan langsung pada luka, madu akan meleleh sehingga keluar area luka. Hal ini tidak akan efektif untuk merangsang proses penyembuhan luka.
- Gunakan balutan yang bersifat “oklusif”, yaitu menutup semua permukaan luka untuk mencegah madu meleleh keluar dari area luka.
- Pada cairan luka yang sedang, sebaiknya gunakan transparent film sebagai second dressing.
- Pada abses (nanah) dan undermining (luka berkantong), perlu lebih banyak madu untukmencapai jaringan di dalamnya. Dasar luka harus diisi dengan madu sebelum ditutup dengansecond dressing seperti kasa atau dressing pad lainnya.
- Untuk memasukkan madu pada luka berkantong, sebaiknya gunakan kasa atau dressing pad sehingga kerja kandungan madu lebih efektif.
- Selain sifat antimikroba, madu juga muncul untuk merangsang limfosit dan aktivitas fagositosis. Ini adalah respon imun tubuh kunci dalam pertempuran melawan infeksi. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa luka yang sulit sembuh merespon dengan baik jika diatasi dengan madu. Peradangan, pembengkakan dan nyeri cepat mereda, bau yang tidak menyenangkan berhenti ketika Anda menggunakan madu sebagai obat.
Sumber : www.forum.liputan6.com